Kamu seharusnya...
Ahmad Fuady
sumber: gitadine.blogspot.com |
Jika aku tidak menginginkan apa yang kamu inginkan, tolong jangan katakan bahwa keinginanku salah
Jika aku mempercayai hal yang berbeda, setidaknya berhentilah sejenak sebelum mengkoreksi cara pandangku
Begitu juga jika perasaanku tidak sekuat perasaanmu, atau mungkin lebih kuat, cobalah untuk tidak memintaku untuk merasa lebih kuat atau lebih lemah
Atau mungkin jika tindakanku, atau kegagalanku untuk bertindak, sesuai rencanamu, biarkan saja.
Setidaknya pada saat ini aku tidak memintamu untuk memahamiku. itu bisa kamu lakukan hanya ketika kamu menyerah untuk mengubahku menjadi tiruan dirimu.
Aku mungkin pasanganmu, orang tuamu, keturunanmu, temanmu atau rekan kerjamu. Jika kamu membiarkan aku dengan keinginan, atau emosi, atau kepercayaan, atau tindakanku sendiri, dan membuka dirimu, mungkin suatu hari nanti diriku akan terlihat tidak begitu salah, dan mungkin akhirnya terlihat benar olehmu. Membiarkan aku memiliki semua itu adalah langkah awal untuk memahamiku. Bukan hanya merangkul cara-caraku yang hanya benar untukmu, tapi kamu tidak lagi terganggu atau kecewa padaku karena diriku yang terlihat tidak patuh. Dan ketika memahamiku, kamu mungkin akan menghargai perbedaanku, tidak lagi berusaha mengubahku, menjaga dan bahkan memelihara perbedaan-perbedaan itu. (David Keirsei & Marilyn Bates, Please understand me, Del Mar,. CA: Prometheus Nemesis, 1984 ).
Salah satu kekeliruan umum yang seringkali kita dilakukan tanpa disadari adalah berpikir bahwa orang lain seperti kita, dan percaya bahwa apa yang kita anggap benar adalah benar untuk semua orang. Bukannya mencoba memahami mereka dengan segala keunikannya, kita justru tanpa sadar memaksa mereka untuk meniru kita. Tentu saja ini tidak menyenangkan dan akan berujung dengan perdebatan panjang, paling tidak sedikit rasa dongkol dihati (untuk mereka yang sabar), tapi sering kali kecenderungan seperti ini justru menceburkan kita dalam konflik yang akhirnya merusak hubungan kita dengan orang lain. Jadi, bagaimana sebaiknya?
Berabad-abad yang lalu, ketika dimintai nasehat tentang aturan hidup yang baik Konfusius (551-479SM), salah seorang filsuf Cina yang sangat terkenal berkata: "Ini bukan nasehat, tapi hukum sebab-akibat? jangan lakukan pada orang lain hal-hal yang tidak ingin anda lakukan pada diri anda sendiri"
Akhirnya muncullah beberapa pertanyaan yang harus kita ajukan pada diri kita sendiri: sebenar apakah pikiran kita sehingga orang lain harus berpikir seperti kita berpikir? sebenar apakah perasaan kita sehingga orang lain harus merasa seperti kita merasa? sebenar apakah hal-hal yang kita percayai sehingga orang harus mempercayai apa yang kita percayai? dan sebenar apakah tindakan kita sehingga orang lain harus bertindak sebagaimana kita bertindak? Tidakkah kita menghormati kebedaan dan keunikan mereka sedikitpun? Lantas apa hak kita memaksa mereka? Apa yang kita pikirkan, rasakan dan lakukan jika kita diperlakukan seperti itu?
Temukan makna, sudut pandang dan strategi berhubungan baru yang sesuai dengan diri anda sendiri, yang pasti harus lebih baik dan tidak melakukan kekeliruan ini lagi dikemudian hari, memang sulit, tapi pasti bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar