Pedoman dan Pertimbangan Etik Pelaksanaan
Assessment Center
International Task Force on Assessment Center Guidelines
(diterbitkan
dalam International Journal of Selection and Assessment, Volume 17 Number
3 September 2009, Blackwell Publishing Ltd)
diterjemahkan oleh:
ahmad fuady
3.
Definisi
assessment center
Assessment
center adalah evaluasi perilaku yang terstandar berdasarkan multi input.
Menggunakan beberapa observer terlatih dan teknik observasi. Sebagian besar
penilaian tentang perilaku didapat dari penilaian simulasi yang dikembangkan
secara khusus. Penilaian tersebut kemudian disatukan dalam rapat asesor melalui
proses integrasi statistik. Dalam diskusi integrasi, dilakukan penyatuan
perhitungan menyeluruh terhadap perilaku – seringkali juga dilakukan penilaian
perilaku pada tahap ini. Diskusi menghasilkan evaluasi performa assessee
(peserta assessment) pada dimensi atau variabel-variabel yang menjadi objek
ukur assessment center. Metode kombinasi statistik harus valid sesuai dengan
standar profesional.
Teknologi mungkin bisa digunakan untuk
memfasilitasi penulisan laporan, mempresentasikan materi exercise, menskoring
dimensi, mengklasifikasi perilaku, dan lain-lain, selama tidak mengkompromikan
elemen-elemen penting dibawah dan validitas standar terpenuhi.
Ada perbedaan antara assessment center
dengan metodologi assessment center. Berbagai fitur di metodologi assessment
center yang digunakan dalam prosedur tidak memenuhi panduan yang diuraikan dalam
pedoman ini, seperti disaat ketika ilmuan psikologi atau profesional SDM,
bekerja sendiri, menggunakan simulasi sebagai bagian dari evaluasi individu.
Perosedur assessment personil yang tidak tercakup dalam panduan ini; semuanya
harus dinilai sesuai dengan tujuannya. Semua prosedur yang tidak mengikuti pedoman
ini secara keseluruhan seharusnya tidak bisa katakan sebagai assessment centre
atau secara tidak langsung dinyatakan sebagai assessment center dengan
menggunakan istilah “assessment center” sebagai salah satu bagian judulnya.
Berikut adalah elemen esensial pada proses
kegiatan yang bisa dipertimbangkan sebagai assessment center:
- Job
analysis/competency modeling (analisis
pekerjaan/pemodelan kompetensi)
– analisis pekerjaan mengenai perilaku relevan yang harus dilakukan untuk
menentukan dimensi atau kompetensi penting bagi kesuksesan pekerjaan,
untuk mengidentifikasi apa yang harus dievaluasi oleh assessment center.
Dalam dokumen ini istilah ‘dimensi’ dan ‘kompetensi’ digunakan secara
bergantian dengan maksud yang sama.
Tipe dan jenis analisis pekerjaan yang dilakukan
tergantung pada tujuan assessment, kompleksitas pekerjaan, kesesuaian dan
ketepatan informasi sebelumnya mengenai pekerjaan, dan kesamaan antara
pekerjaan baru dengan pekerjaan yang telah dipelajari sebelumnya.
Jika analisis dan penelitian terdahulu mengenai pekerjaan
dijadikan sebagai dasar untuk memilih dimensi dan simulasi untuk pekerjaan
baru, harus disertakan dengan bukti-bukti
tentang perbandingan atau kemampuan generalisasi simulasi-simulasi
tersebut terhadap pekerjaan yang diukur.
Jika pekerjaan yang menjadi target tidak benar-benar
eksis, analisis bisa dilakukan melalui tugas atau peran aktual maupun proyeksi
tugas dan peran yang akan menyusun pekerjaan baru, posisi, level pekerjaan atau
kelompok kerja.
Dimensi yang menjadi target assessment juga dapat diidentifikasi
dari analisis terhadap visi, nilai, strategi atau sasaran utama perusahaan.
Prosedur competency
modeling mungkin bisa digunakan untuk menentukan dimensi yang akan diukur
oleh assessment center, ketika prosedur ini dilaksanakan dengan kekakuan yang
sama seperti halnya metode analisis pekerjaan tradisional. Kekakuan tersebut
dimaksudkan sebagai keterlibatan seorang ahli dalam subjek yang dipermasahkan
(SME-Subject Matter Expert) yang memiliki
pengetahuan tentang tuntutan pekerjaan, pengumpulan dan pengevaluasian
kuantitatif terhadap aspek inti pekerjaan, dan menghasilkan bukti-bukti tentang
hasil kerja yang reliabel. Analisis pekerjaan atau proses competency-modeling apapun harus menghasilkan spesifikasi kategori
perilaku yang jelas, yang bisa
diobservasi dalam assessment center.
Sebuah kompetensi mungkin atau tidak mungkin dapat
diterima dalam assessment perilaku
sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen ini. Kompetensi yang digunakan dalam
berbagai macam sumber kontemporer, merujuk pada kekuatan organisasi, tujuan
organisasi, tujuan yang bernilai, konstruk atau kelompok perilaku atau atribut
yang terkait dengan pekerjaan. Kompetensi mungkin saja dipertimbangkan sebagai
dimensi perilaku dalam tujuan pengukuran dalam penyelenggaraan assessment
center, bisa ditetapkan dengan tepat dan diekspresikan dalam istilah-istilah yang
bisa diobservasi dalam pekerjaan atau dalam job
family dan dalam kegiatan simulasi. Kompetensi juga harus ditampilkan
berhubungan dengan kesuksesan dalam hal target pekerjaan atau posisi atau job family.
- Behavioral
classification
(pengklasifikasian perilaku) – perilaku
yang ditampilkan oleh peserta harus dikelompokkan ke dalam kategori yang
bermakna dan relevan dengan kategori seperti dimensi perilaku, atribut,
karakteristik, sikap, kualitas, keterampilan, kemampuan, kompetensi atau
pengetahuan. Dalam Pedoman ini,
terminologi ‘dimensi’ digunakan sebagai gambaran umum setiap jenis
kategori perilaku tersebut. Sementara, skema pengklasifikasian lain
mungkin juga bisa digunakan. Misalnya, kategori bisa saja merefleksikan
kompenen pekerjaan yang menjadi target ataupun assessment itu sendiri.
- Assessment
techniques
(teknik-teknik pengukuran)– teknik-teknik yang digunakan dalam assessment center harus
dirancang untuk menghasilkan informasi untuk mengevaluasi dimensi yang
telah ditentukan sebelumnya dalam job
analysis. Perancang assessment center harus menetapkan hubungan antara
perilaku dengan dimensi dan dengan teknik assessment. Hubungan ini harus
didokumentasikan dalam matriks dimensi x teknik assessment.
- Multiple
assessment
(pengukuran berulang)– teknik multiple assessment harus digunakan. Ini bisa meliputi
penggunaan tes, interview, kuisioner, dan simulasi. Teknik assessment
dikembangkan atau dipilih untuk memperoleh perilaku yang bervariasi dan
informasi yang relevan dengan dimensi yang telah ditentukan. Data
Self-assessment dan assessment 360o mungkin bisa dikumpulkan
sebagai informasi dalam assessment. Teknik assessment akan diujicobakan
untuk memastikan bahwa mereka dapat menghasilkan informasi perilaku yang
relevan, objektif dan reliabel untuk menjawab keraguan organisasi. Ujicoba
mungkin membutuhkan percobaan administrasi teknik dengan partisipan yang
sama dengan kandidat yang akan
mengikuti assessment center, melalui kajian ulang dari SME mengenai
keakuratan dan representatifitas sampel perilaku, dan/atau bukti dari
penggunaan teknik-teknik assessment tersebut pada pekerjaan yang serupa di
organisasi yang serupa.
- Simulations
(simulasi)– teknik assessment harus memiliki sejumlah job-related simulation (simulasi yang berhubungan dengan
pekerjaan yang menjadi target pengukuran) yang cukup
sehingga proses assessment mampu menyediakan kesempatan untuk
mengobservasi perilaku kandidat yang berhubungan dengan setiap
dimensi/kompetensi yang sedang diases. Setidak-tidaknya satu – namun
biasanya beberapa – job-related
simulation harus ada setiap assessment center.
Simulasi adalah kegiatan atau teknik yang dirancang untuk
memperoleh perilaku yang berhubungan dengan dimensi atau kinerja yang
disyaratkan oleh pekerjaan untuk direspon oleh kandidat dalam bentuk perilaku
terhadap stimulus situasional. Contoh simulasi termasuk, namun tidak terbatas
pada, kegiatan kelompok, in-basket, simulasi interaksi, presentasi, dan
pencarian fakta.
Stimulus juga bisa dipresentasikan melalui video, audio
atau simulasi virtual yang dilakukan memalui komputer, telepon, video, internet
maupun intranet.
Untuk pekerjaan yang sederhana, satu atau dua job-related simulation mungkin bisa
digunakan jika job analysis secara
jelas mengindikasikan satu atau dua simulasi tersebut sudah cukup untuk
mensimulasikan bagian yang substantif dati pekerjaan yang sedang dievaluasi.
Jika menggunakan satu teknik assessment yang komprehensif, maka teknik ini
harus memiliki bagian yang secara jelas berhubungan dengan pekerjaan.
Perancang assessment center juga harus hati-hati dalam
merancang exercise (exercise dan
simulasi merepresentasikan hal yang sama, yaitu teknik pengukuran dalam
assessment center) yang reliabel untuk memperoleh banyak perilaku yang berhubungan
dengan dimensi yang akan diukur. Kegiatan juga harus memberikan kesempatan yang
cukup bagi assessor untuk mengobservasi perilaku yang berhubungan dengan
dimensi. Stimulus terdapat dalam simulasi harus sejajar atau mirip dengan
stimulus dalam situasi kerja, walaupun mereka muncul dalam situasi yang
berbeda. Derajat kejituan yang diinginkan merupakan fungsi yang menjadi tujuan
assessment center. Kejituan mungkin relatif rendah pada awal program
identifikasi dan seleksi untuk personil non-managerial
dan mungkin menjadi relatif tinggi untuk program yang dirancang untuk
mendiagnosis kebutuhan training dari manager yang sudah berpengalaman.
Assessment center harus memperhatikan (berhati-hati) ketidaksetujuan beberapa
assessee (contohnya: mereka yang dengan ras, etnis, umur atau kelompok jenis
kelamin tertentu) dengan alasan-alasan yang tidak relevan.
Simulasi perilaku dalam assessment center yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan disini adalah, metode asesmen yang memaksa assessee
untuk menampilkan beberapa perilaku secara nyata. Assessee harus dipaksa untuk
mendemostrasikan respon yang terencana/terkonsep (constructed response). Prosedur assessment yang memaksa assessee
untuk memilih salah satu diantara beberapa alternatif respon yang disediakan,
seperti yang bisa kita lihat dalam tes multiple-choice
atau kegiatan in-basket multiple-choice
terkomputerisasi tidaklah memenuhi persyaratan seperti yang kita maksudkan.
Juga wawancara situasional yang hanya menggali ekspresi intensi perilaku juga tidak
memenuhi persyaratan. Begitu juga simulasi dan interview dengan tingkat
kejituan yang rendah. Walaupun kegitan-kegiatan tersebut dikatakan memiliki
hasil pengujian reliabilitas dan validitas yang tinggi, mereka bukanlah
merupakan assessment perilaku yang memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam
assessment center.
Materi assessment center (seperti simulasi dan kegiatan
lain, skala pengukuran, materi pelatihan assessor) adalah merupakan properti
intelektual yang dilindungi oleh undang-undang hak cipta internasional.
Penghargaan atas hak cipta dan peroperti intelektual orang lain harus
dipelihara dalam situasi apapun.
- Assessor
(penguji) – assessor majemuk harus digunakan untuk mengobservasi dan
mengevaluasi setiap assessee.
Ketika memilih assessor, jika memungkinkan, program
haruslah memiliki bermacam-macam assessor, baik itu dalam konteks demografis
(seperti ras, etnik, umur, jenis kelamin) dan pengalaman (seperti level
organisasional, area fungsi kerja, manager, ilmuan psikologi, dll)
Rasio maksimum antara assessee dan assessor adalah hasil
fungsi dari beberapa variabel, termasuk
kegiatan yang digunakan, dimensi yang akan dievaluasi, peran assessor,
tipe integrasi yang harus dilakukan, jumlah training yang dilakukan assessor,
pengalaman assessor dan tujuan assessment center.
Supervisor langsung perserta seharusnya tidak dilibatkan
dalam assessment dalam kegiatan assessment center bawahannya ketika data yang
dihasilkan mungkin akan digunakan untuk tujuan seleksi atau promosi.
- Assessor
Training (pelatihan penguji) – assessor
harus mendapatkan pelatihan yang cermat dan mendemostrasikan performa yang
memenuhi persyaratan yang ada dalam bagian ‘assessor training’ di dokumen ini sebelum mereka
berpartisipasi dalam assessment center.
- Recording behavior and scoring (pencatatan dan penilaian perilaku) – assesor harus menggunakan prosedur sistematis untuk mencatat/merekam perilaku spesifik yang teramati secara akurat pada saat observasi berlangsung. Prosedur ini mungkin meliputi teknik-teknik seperti pencatatan, skala observasi perilaku, atau checklist perilaku. Perekaman audio dan video juga mungkin dilakukan untuk dianalisis kemudian. Ketika menggunakan peralatan berbasis teknologi dalam proses skoring, maka seharusnya pendekatan tersebut terlebih dahulu dievaluasi reliabilitas dan validitasnya.Assessor harus mempersiapkan rekaman/catatan observasi yang dibuat selama proses setiap kegiatan berlangsung sebelum diadakan diskusi integrasi atau integrasi statistik.
- Data integration (pengitegrasian data) – integrasi perilaku setiap individu (skor dimensi individu yang disepakati selama kegiatan berlangsung; skor pada kegiatan spesifik; atau secara potensial, tergantung pada tujuan assessment center, skor selama kegiatan kemudian dirembukkan menjadi nilai assessment secara keseluruhan) harus berdasarkan proses penggodokan informasi dari para assessor atau melalui integrasi statistik. Proses tersebut harus dilakukan sesuai dengan standar profesional.
Jika diskusi integrasi yang digunakan, assessor harus
mempertimbangkan informasi yang berasal dari teknik assessment untuk setiap
dimensi, dan seharusnya tidak memperhatikan informasi-informasi yang tidak
relevan dengan dimensi atau tujuan proses assessment.
Metode pengkombinasian hasil evaluasi para assessor
terhadap informasi yang didiskusikan dalam sesi integrasi haruslah berdasarkan
penilaian individual assessor yang reliabel.
Teknologi komputer juga bisa digunakan untuk mendukung
proses integrasi data, selama memenuhi kondisi-kondisi yang dibahas dalam bagian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar