Jumat, 16 Maret 2012

Guidelines and Ethical Considerations for Assessment Center Operations (translated to bahasa) - part 6


Pedoman  dan Pertimbangan Etik Pelaksanaan Assessment Center 
International Task Force on Assessment Center Guidelines
(diterbitkan dalam International Journal of Selection and Assessment, Volume 17 Number 3 September 2009, Blackwell Publishing Ltd)
diterjemahkan oleh: ahmad fuady


  
6.    Pelatihan Assessor

Pelatihan assessor adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan program assessment center. Pelatihan assessor harus dengan jelas menyertakan tujuan training, panduan performa dan standar kualitas.


Permasalahan-permasalahan terkait dengan pelatihan assessor yang harus dipertimbangkan:
1.     Isi training – apapun pendekatan yang dilakukan dalam pelatihan assessor, tujuannya adalah untuk mencapai penilaian assessor yang akurat dan reliabel. Beberapa pendekatan training mungkin bisa digunakan (seperti, ceramah, diskusi, praktek mengobservasi kandidat, demonstrasi dengan video, mengobservasi assessor lain) selama pelatihan ini bisa memperlihatkan diperolehnya penilaian assessor yang akurat dan reliabel. Secara umum, seluruh program training untuk assessor harus mengandung pelatihan mengenai:
·         Dimensi yang akan diases, termasuk indikator perilakunya.
·     Observasi, perekaman perilaku, pengklasifikasian dan evaluasi perilaku yang relevan dengan dimensi yang sedang diases.
·         Isi exercise/simulasi berikut dimensi-dimensi yang menjadi target disetiap simulasi.
·   Menghindari kesalahan observasi dan penilaian (termasuk bagaimana cara untuk membedakan perilaku dengan kesimpulan)
Berdasarkan pada tujuan assessment center, pelatihan mungkin mengandung beberapa komponen tambahan seperti profesionalisme, pengetahuan tentang organisasi, pengetahuan tentang pekerjaan yang menjadi target, kemampuan untuk memberikan umpan balik oral maupun tertulis, dan konsistensi dalam memainkan peran.
Target minimum dari training assessor adalah:
a.  Pengetahuan mengenai organisasi dan pekerjaan/kelompok pekerjaan atau jika diperlukan mengases kelompok normatif untuk menyediakan konteks efektif untuk penilaian assessor.
b.   Pengetahuan dan pemahaman menyeluruh tentang dimensi yang akan diases, definisinya, hubungannya dengan performa kerja, dan contoh performa efektif serta performa yang tidak efektif.
c.    Pengetahuan dan pemahaman menyeluruh tentang teknik assessment, isi exercise, dimensi relevan yang diobservasi disetiap bagian assessment center; perilaku khusus atau yang diharapkan; contoh atau sampel perilaku aktual, dll.
d.   Mendemonstrasikan kemampuan untuk mengorbservasi, merekam dan mengklasifikasikan perilaku kedalam dimensi, termasuk pengetahuan protokol pendokumentasian prilaku.
e.  Pengetahuan dan pemahaman menyeluruh tentang prosedur tentang pengevaluasian dan penilaian, termasuk bagaimana cara mengintegrasikan data.
f.     Pengetahuan dan pemahaman menyeluruh tentang kebijakan dan praktek assessment dalam organisasi, termasuk batas-batas penggunaan data hasil assessment, jika ini adalah syarat yang harus dipenuhi assessor.
g.    Pengetahuan dan pemahaman menyeluruh tentang strategi dan prosedur dalam memberikan umpan balik dengan tepat, untuk memaksimalkan penerimaan peserta terhadap empan balik dan perubahan perilaku yang disarankan.
h.   Mendemonstrasikan kemampuan untuk memberikan umpan balik oral dan tertulis dengan akurat. ketika umpan balik diberikan oleh assessor.   
i.     Mendemostrasikan pengetahuan dan kemampuan untuk maminkan peran yang objektif dan konsisten pada exercise interaktif (seperti one-on-one simulation atau fact finding exercise)

2.     Lama training – lamanya training assessor mungkin bervariasi tergantung dengan berbagai pertimbangan yang bisa dikategorikan dalam tiga bagian besar:
a.    Pertimbangan mengenai trainer dan desain:
·         Model pembelajaran yang digunakan.
·         Kualifikasi dan keahlian trainer.
·         Rangkaian/urutan training dan pembelajaran.

b.    Pertimbangan mengenai assessor:
·   Pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang teknik assessment yang serupa.
·         Tipe assessor yang akan digunakan (ilmuan psikologi atau manager).
·  Pengalaman dan keterbiasaan dengan organisasi dan posisi target/pekerjaan/kelompok pekerjaan/level target.
·         Frekuensi partisipasi assessor
·  Kualifikasi dan keahlian lain yang berhubungan (seperti, testing dan assessment, executive coaching)

c.    Pertimbangan mengenai program assessment :
·         Tingkat kerumitan level posisi target
·         Jumlah dimensi/kompetensi yang akan diukur
·    Harapan mengenai penggunaan informasi yang dihasilkan assessment center (seperti, seleksi cepat, pertimbangan menyeluruh mengenai penempatan, diagnosis dan pengembangan).
·         Jumlah dan kompleksitas exercise yang digunakan.
·  Pembagian peran dan tanggung jawab antara assessor dengan pihak lain dalam assessment staff (seperti, administrator dan staff pendukung).
·   Tingkat dukungan yang diberikan untuk assessor dalam form observasi dan panduan evaluasi.

Harus diperhatikan bahwa lama dan kualitas training bukanlah suatu sinonim. Sulit untuk menentukan panduan yang tepat mengenai jumlah jam atau hari minimal yang dibutuhkan oleh assessor. Training sehari mungkin cukup jika assessment center yang akan dilakukan terstruktur dengan baik dan menggunakan sejumlah kecil exercise, menggunakan pelatih yang memenuhi persyaratan, dan assessor yang terlibat dipilih dengan seksama. Bagaimanapun, banyak pengalaman menunjukkan bahwa, banyak sekali pelatihan yang diperlukan untuk melatih assessor yang sama sekali belum berpengalaman dalam assessment center yang memenuhi kriteria dalam dokumen panduan ini (seperti, 2 hari assessor training untuk setiap hari pelaksanaan assessment center). Assessor yang memiliki pengalaman dengan teknik assessment yagn serupa di program assessment lain mungkin membutuhkan training yang lebih sedikit. Assessment yang lebih kompleks dengan menggunakan variasi format kegiatan simulasi mungkin membutuhkan training tambahan, sementara assessment center yang lebih sederhana membutuhkan pelatihan yang lebih sedikit pula.    

3.  Panduan performa dan sertifikasi – setiap assessment center harus dengan tegas dan jelas menyatakan panduan performa bagi kelompok assessor sesuai tujuan assessment center dan variasi peran assessor. Kemampuan  minimum yang harus terkandung dalam panduan performa tersebut adalah:
a.    Menilai perilaku dengan cara yang terstandar.
b.    Mengenal, mengamati dan melaporkan perilaku kedalam dimensi yang tepat, dst.
c.    Mengadministrasikan simulasi, jika assessor juga berperan sebagai administrator.
d. Memainkan peran yang objektif dan konsisten untuk exercise interaktif ketika role play menyaratkan assessor untuk ikut.
e.    Jika bisa, berikan umpan balik perilaku yang positif dan negatif, dan jika mungkin dukung bukti-bukti dengan gaya komunikasi yang menunjukkan perhatian/empati serta pelihara dan tingkatkan harga diri assessee.
f.   Motivasi assessee dan ajak ia untuk mengikuti coaching, perencanaan aksi dan penetapan sasaran.

Beberapa pengukuran diperlukan untuk mengetahui apakah orang-orang yang dilatih mampu memainkan peranan sebagai assessor. Pengukuran ini mungkin bervariasi dan bisa mengandung data-data tentang (1) keakuratan dan reliabilitas penilaian performa (ditentukan dengan memperhatikan standar ‘ahli’ atau membandingkannya dengan assessor lain), (2) kritik mengenai laporan assessor, dan (3) observasi atau membayangi assessor dalam training melalui assessment center staff. Sangat penting bahwa, sebelum sebelum melaksanakan tugas mereka yang sebenarnya, harus dilakukan evaluasi mengenai performa assessor untuk memastikan bahwa mereka sudah mendapatkan pelatihan yang cukup untuk memainkan fungsi assessor dan performa tersebut terus dimonitor secara periodik untuk memastikan pengaplikasian keterampilan yang telah dipelajari dalam training.
Setiap organisasi harus mampu mendemostrasikan bahwa assessor mereka memenuhi standar performa minimum. Ini mungkin menyaratkan pengembangan dengan training tambahan atau aksi lain yang harus dilakukan oleh assessor yang tidak memenuhi panduan performa ini.
Trainer dalam assessor training seharusnya kompeten memberikan kesempatan pada individu untuk mengembangkan kemampuan assessor yang telah dibahas diatas dan dalam mengevaluasi tingkat kemahiran dalam kemampuan-kemampuan tersebut.

4.  Siklus training dan pengalaman – waktu antara assessor training dengan pelaksanaan yang sebenarnya tidak boleh terlalu lama (cont. Tidak boleh lebih dari 6 bulan). Jika terlalu lama, assessor prospektif tersebut harus mengikuti training kembali untuk mengembalikan kemampuannya atau ia harus menerima bimbingan khusus (special coaching) administrator assessment center yang terlatih.

5.     Assessor yang tidak memiliki pengalaman yang cukup sebagai assessor (seperti, kurang dari 2 kali assessment center dan waktu 2 tahun terakhir) harus mengikuti pelatihan penyegaran sebelum mereka kembali berperan sebagai assessor atau harus menerima bimbingan khusus dari administrator assessment center yang terlatih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar